BIATAN,
PORTALBERAU- Riuh tepuk tangan terdengar merdu, seakan menjadi simbol
kebahagiaan warga Sumindal, RT 4, Kampung Biatan Ilir, Kecamatan
Biatan, saat menghadiri acara peresmian Pembangkit Listrik Tenaga Surya
(PLTS), usai pelaksanaan ibadah salat Jumat (9/2/2018), siang tadi.
Meski terik
matahari begitu terasa menyengat permukaan kulit, tak lantas membuat semangat
warga yang datang menyaksikan peresmian PLTS kala itu, menjadi ciut.
Mulai dari
anak-anak hingga lansia, turun ke lokasi peresmian yang berada tidak jauh
dari masjid setempat. Tampak wajah mereka tak bisa berdusta atas kebahagiaan
yang dirasakannya.
"Alhamdulillah,"
ucap seorang ibu diikuti senyum lebar di bibirnya saat detik-detik pemotongan
pita sebagai tanda peresmian PLTS itu semakin dekat tibanya.
Siang itu,
adalah hari yang ditunggu-tunggu warga RT 4 Sumindal, meski listrik dari
PLTS sudah mereka rasakan sejak akhir Desember 2017 lalu, akhirnya kini resmi
diserahkan langsung oleh Perkumpulan Menapak Indonesia, sebagai lembaga yang
menghibahkan PLTS kepada Kampung Biatan Ilir.
Camat
Biatan, Agung Heri Wijatmiko, menjadi orang yang ditunjuk untuk memotong
tali pita peresmian PLTS didampingi Kepala Kampung Biatan Ilir, Abdul
Hafid, dan Direktur Perkumpulan Menapak Indonesia, Sholatur Rahmat.
PLTS
berkapasitas 5 KWV itu, mampu menerangi 30 rumah dengan masing-masing
kapasitas 300 watt per rumah. Namun saat ini, baru 13 rumah serta 1
masjid yang mendapat sambungan.
![]() |
Penyerahan simbolis PLTS dari Perkumpulan Menapak Indonesia kepada Kampung Biatan Ilir |
Dengan
menelan biaya sekitar Rp970 juta, pembangunan PLTS yang merupakan hibah dari
Perkumpulan Menapak Indonesia yang didanai oleh TFCA melalui Yayasan Kehati,
itu membawa banyak perubahan bagi masyarakat setempat. Dari yang tak pernah
merasakan terangnya lampu listrik di malam hari, hingga menonton televisi
sebagai sarana mendapatkan informasi dari luar dan sekitar daerah mereka.
"Dulu,
kalau saya mau ke warung untuk membeli kebutuhan dapur yang habis, mesti
menunggu pagi dulu. Karena saya takut jalanan sangat gelap dan banyak
semut api, tapi sekarang biar malam sudah berani," kisah Ana, salah
seorang ibu rumah tangga, dengan logat bahasa bugisnya yang masih sangat
kental.
Lanjut
Ana, sebelum berdirinya PLTS, warga bisa menghabiskan hingga 5 pak
lilin, urunan 3 liter solar, hingga membayar Rp100 ribu per bulan
untuk menikmati terangnya lampu. Meski begitu, penerangan pun tak sampai
24 jam.
Sama seperti
warganya, Kepala Kampung Biatan Ilir, Abdul Hafid, pun turut
merasakan kebahagiaan yang dirasakan Ana.
Pria yang
memiliki pembawaan pribadi humoris ini mengungkapkan terima kasih yang mendalam
atas hadiah yang diberikan kepada masyarakatnya. Dengan segala upaya, dirinya
akan mengimbau kepada warga untuk terus menjaga dan merawat PLTS agar dapat
terus digunakan dalam waktu yang lama.
"Kami
sangat bahagia. Ini hadiah yang sangat berharga dan tentu akan kami jaga. Semua
berubah dengan adanya PLTS ini. Bukan hanya menjadi terang, tapi
juga kami berharap ini dapat mendatangkan sesuatu yang mampu memutar roda
perekonomian masyarakat di sini," ungkap pria yang dulunya menjabat
sebagai Sekretaris Camat itu.
![]() |
Warga saat melihat lokasi PLTS |
Sementara
itu, anggota tim Perkumpulan Menapak Indonesia yang merupakan Project Manager
Program TFCA, Ponidi, mengatakan melalui hibah yang diberikan pihaknya kepada
masyarakat RT 4 sumindal itu, dapat membuat perekonomian masyarakat semakin
tumbuh. Terutama dalam mengelola hutan desa di wilayah sekitar.
"Ini
potensi besar bagi masyarakat sekitar untuk memanfaatkan PLTS untuk
meningkatkan perekonomiannya. Apalagi ditambah dengan adanya hutan desa,
mereka dapat mengelolanya dengan lebih baik dan mendatangkan pendapatan
tambahan bagi masyarakat sekitarnya," ucap Ponidi, disela-sela kegiatan
diskusi usai peresmian PLTS tersebut.
Camat
Biatan, Agung Heri Wijatmiko, pun menyampaikan hal senada. Selain
mengapresiasi kinerja LSM lokal itu, dirinya juga berpesan pada warga
agar fasilitas yang diberikan dijaga dan dirawat semaksimal mungkin.
Sebab jika mengandalkan Alokasi Dana Kampung (ADK), kemungkinan besar tidak
dapat merealisasikan PLTS di daerah tersebut.
Untuk
itu, ia juga mengimbau kepada masyarakat dan aparatur kampung agar saling
bekerja sama dalam merawat PLTS guna keberlanjutan penerangan khususnya di
daerah RT 4 Sumindal.
"Kalau
mengandalkan ADK, kita tidak tahu kapan hal ini bisa terwujud. Dan
mungkin hingga hari ini warga belum bisa menikmati penerangan listrik.
Maka dari itu, mari dijaga, mari dirawat, mari tumbuhkan rasa
memiliki agar PLTS ini tidak pendek umur," tutupnya. (Tim)
0 comments :
Post a Comment