-->

Ini Makna Dari Prosesi Baturunan Parahu

Posted by PORTALBERAU on 30 September 2019



TANJUNG REDEB, PORTALBERAU - Memperingati Hari Jadi Kabupaten Berau ke-66 dan Kota Tanjung Redeb ke-206, Pemerintah Kabupaten Berau melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) bersama dengan Kesultanan Gunung Tabur selalu menggelar prosesi Baturunan Parau (menurunkan perahu), Sabtu (26/9) di Halaman Museum Kesultanan Gunung Tabur. Kegiatan yang menjadi bagian dalam adat dan istiadat ini merupakan simbol untuk mempererat tali kebersamaan masyarakat di Bumi Batiwakkal.

Kegiatan ini sendiri sudah menjadi agenda rutin tahunan yang akan digelar dalam rangkaian peringatan Hari Jadi Kota Tanjung Redeb dan Kabupaten Berau. Dimulai beberapa tahun lalu, di halaman Museum Batiwakkal diadakan upacara Baturunan Parau ini hingga menjadi tradisi yang berlangsung hingga saat ini. Dengan diikuti masyarakat sekitar, pemangku adat, agama serta Pemkab Berau.

Sebelum perahu diturunkan, akan diadakan upacara terlebih dahulu oleh sesepuh adat, dengan diberikan tepung serta dibacakan doa. Setelah prosesi adat selesai dilakukan, perahu yang beratnya sekitar 300 kilogram tersebut diangkat beramai-ramai dalam satu komando dan kemudian akan diturunkan ke Sungai Segah.

“Ini merupakan budaya yang harus kita hidupkan kembali,” jelas Kepala Disbudpar Berau Masrani.

Usai perahu diturunkan ke Sungai Segah, para masyarakat yang ikut menggangkat bersiap untuk mendayung perahu di sepanjang sungai. Di sinilah terlihat simbol kebersamaan diantara masyarakat. Secara bersama-sama dan ikhlas untuk membangun kekompakan dan gotong royong.

Tak hanya masyarakat sekitar, Bupati Berau Muharram, Sekretaris Daerah M Gazali, Pemangku Kesultanan Gunung Tabur serta Kepala SKPD juga turut bersama-sama dalam mengangkat perahu serta menurunkannya di Sungai Segah. Cermin kerbersamaan dan kekompakan inilah yang diharapkan dapat dipertahankan dalam membangun Bumi Batiwakkal.

Bupati Muharram menegaskan bahwa agenda ini harus dipertahankan selalu. Karena makna yang terkadung di dalamnya yaitu gotong royong dalam mewujudkan kebersamaan. Ini pun menjadi bagian dalam tradisi yang tidak bisa terpisahkan lagi.

“Kegiatan ini mengingatkan kembali kepada kita, bagaimana untuk meningkatkana rasa kebersamaan dan gotong royong yang menjadi motivasi dalam mengisi pembangunan,” katanya.

Usai pelaksanaan Baturunan Parau, kegiatan pun dilanjutkan dengan lomba perahu panjang yang diikuti oleh peserta dari beberapa kecamatan. Dalam pelaksanaan ini, perahu Jelau Tukung dari Kampung Bena Baru berhasil manjadi yang terbaik, kemudian disusul perahu Naga Samudra dari Gunung Rabur, dan Naga Uleng dari Merancang Ilir. Hadiah diserahkan langsung Bupati Muharram dan Wakil Bupati Agus Tantomo. (hms5)


» Terimakasih telah membaca: Ini Makna Dari Prosesi Baturunan Parahu

Related Posts

Portal Berau Updated at: September 30, 2019

0 comments :

Post a Comment