JAKARTA,
PORTALBERAU- Sekretaris Kementerian
Koperasi dan UKM, Agus Muharram menekankan pentingnya UKM memanfaatkan media
sosial (medsos) untuk meningkatkan kinerja penjualan produknya.
"Dengan
memanfaatkan sosmed, maka hambatan jarak, ruang dan waktu, serta harga barang,
bisa tereliminir", kata Agus dalam sambutannya pada acara workshop bertema
Pentingnya Sosial Media Untuk UMKM Dalam Meningkatkan Penjualan, di Jakarta,
Senin (31/7).
Karena,
lanjut Agus, dengan sosmed, UKM tak lagi butuh ruang yang besar untuk memajang
produknya. Di kamar pun bisa membuka toko online. Waktu tanpa batas, bisa kapan
saja dan dimana saja, tidak terhambat.
"Jarak juga tidak menjadi hambatan
untuk mengirim barang, karena sudah banyak perusahaan jasa kurir untuk
mengantar barang dengan harga yang murah dan cepat sampai ke konsumen.
Jangkauan pemasaran pun bisa mendunia. Tenaga kerja juga bisa dimanfaatkan dengan
efektif dan efisien", imbuh Agus.
Oleh
karena itu, Agus berharap para pelaku UKM di Indonesia sudah mulai melangkah
mempromosikan dan menjual produknya melalui medsos agar tidak tergilas zaman.
"Hanya saja, medsos hanyalah sebagai alat. Kita harus tetap memiliki
pengetahuan dasar yang kuat dalam berbisnis", kata Agus.
Menurut
Agus, ada beberapa hal yang harus dimiliki UKM dalam melakoni dunia medsos.
Pertama, menjaga sikap dan perilaku dalam bermedsos.
"Jangan berbohong akan
produknya. Bilangnya tidak luntur, tapi luntur. Berjanji tapi ingkar. Bilangnya
barang sampai dalam satu hari, faktanya lima hari. Harus bermitra dengan yang
amanah. Dan juga harus mengontrol ketersediaan barang dalam stok", papar
Agus.
Kedua,
dengan medsos mampu menciptakan jaringan usaha atau network. Ketiga, harus bisa
memanfaatkan medsos untuk membaca peluang usaha. Keempat, memiliki skill dalam
berbisnis seperti pemasaran, kualitas produk, dan sebagainya, agar mampu
menarik minat konsumen.
"Yang tak kalah penting adalah ciptakan brand dan
merek produk yang mudah diingat. Setelah itu, UKM harus mampu menjaga
kepercayaan konsumennya. Sedikit saja kesalahan, bisa menghancurkan
semuanya", tandas Agus lagi.
Dalam
kesempatan yang sama, Deputi Bidang Produksi dan Pemasaran Kemenkop dan UKM I
Wayan Dipta mengatakan, pentingnya UKM dalam melindungi produknya.
"Sebelum merilis produk ke pasaran, sebaiknya mengurus hak cipta dan
mereknya agar tidak dijiplak pihak lain. Terutama bagi UKM dengan produk
kreatifnya", kata Wayan.
Wayan
menambahkan, tak sedikit konsumen yang komplain terkait produk yang dibeli
tidak sesuai ekspektasi pembeli.
"Kalau tidak bisa penuhi permintaan
pasar, ya harus kerjasama dan berkolaborasi dengan pihak lain. Misalnya, ada
lembaga khusus seperti ini di Bali, yang mendapat order barang, dan untuk
memenuhi permintaan pasar maka dia menawarkan ke UKM lain dengan harga yang
sudah disepakati", kata Wayan seraya menyebutkan bahwa pihaknya terus
mengedukasi dan memfasilitasi UKM agar memanfaatkan medsos untuk meningkatkan
penjualannya.
Peluang
di Medsos
Pembicara
utama dalam workshop tersebut, Billy
Boen, mengungkapkan bahwa ada perubahan perilaku konsumen saat ini, dimana 84%
konsumen membeli barang karena medsos (Facebook, Twitter, Instagram, Youtube,
dan LINE).
"Maka, sayang sekali bila UKM tidak memanfaatkan medsos untuk
meningkatkan penjualan produknya", kata Founder & CEO Young On Top dan
GDIIab.com itu.
Menurut
Billy, manfaat medsos diantaranya meningkatkan jangkauan dan eksposur (brand
awareness), berinteraksi dengan follower (engagement), dan berikan solusi
kepada follower (selling).
"Jadi, dalam medsos itu selling nomor tiga,
setelah brand awareness dan engagement. Baru kemudian akan menciptakan apa yang
dinamakan brand loyality", kata Billy.
Billy
pun mengutarakan apa yang harus UKM lakukan dalam bermedsos-ria untuk
memasarkan produknya. Pertama, harus tahu apa yang follower suka dan tidak
suka, termasuk kapan mereka membuka medsos. Kedua, harus mengetahui apa yang
dikatakan follower terhadap brand produknya (brand perspective). Ketiga, harus
mengetahui apa yang diposting dalam medsos, kapan soft sell, kapan hard sell
(right contents).
"Keempat, mampu memenej ekspektasi follower terhadap
brand produk Anda", imbuh Billy.
Selain
itu, lanjut Billy, cara main FB, Twitter, dan Instagram, juga berbeda, termasuk
beda dalam kegunaan dan algoritmanya.
"Twitter itu mirip running text di
televisi, harus berulang-ulang agar follower melihat. Sedangkan FB dan
Instagram tidak begitu. Cukup ada yang me-like, maka postingan kita akan muncul
lagi ke depan para follower. Maka, jangan lagi ada kebiasaan memposting sesuatu
atau produk secara bersamaan dalam ketiga medsos tersebut", pungkas Billy.
(depkop.go.id)
0 comments :
Post a Comment