JAKARTA, PORTAL BERAU -
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) akan menjadi penyalur Bantuan Pangan Non Tunai
(BPNT) dari pemerintah, berupa telur dan beras. Hal tersebut tertera dalam nota
kesepahaman yang ditandatangani oleh Menteri Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi (Mendes PDTT), Eko Putro Sandjojo, Menteri BUMN,
Rini M Soemarno, Menteri Sosial, Khofifah Indar Parawansa, dan Sekjen
Kementerian Pertanian, Hari Priyono di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta,
Senin (4/12).
Mendes PDTT Eko Putro Sandjojo
mengungkapkan, dari sekitar 22.000 BUMDes yang telah terbentuk, 6.000
diantaranya dinilai telah siap menjadi penyalur BPNT. Selain menjadi penyalur,
dirinya juga berharap BUMDes bisa berperan ganda menjadi suplier.
“Kalau
di desa tersebut sektor pertaniannya seperti beras memenuhi, maka beras cukup
diambil dari desa setempat. Tapi kalau di desa itu ada BUMDes tapi tidak ada
sektor pertaniannya terutama padi, maka ini akan disuplai oleh Bulog. Jadi
sudah dibikinin Rumah Pangan Kita. Itu sudah bekerjasama dengan Bulog dan
Himbara (Himpunan Bank Negara), ada sistemnya, jadi mereka sudah otomatis
online,” terangnya.
Bantuan
Pangan Non Tunai yang dimaksud saat ini telah menyasar sebanyak 1,28 juta
Keluarga Penerima Manfaat (KPM). Jumlah tersebut akan bertambah menjadi 10 juta
KPM. Seluruhnya akan disalurkan secara non tunai melalui kartu keluarga
sejahtera dengan memanfaatkan jaringan perbankan milik Himbara yakni BRI, BNI,
Bank Mandiri, dan BTN.
“BUMDes
akan menjadi penyalurnya, Bantuan Pangan Non Tunai kali ini beras dan telur. Ke
depan subsidi-subsidi pemerintah juga akan disalurkan lewat BUMDes,” ujarnya.
Terkait
hal tersebut, Menteri BUMN, Rini M Soemarno mengatakan, dirinya memberikan
dukungan sepenuhnya kepada Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi dan Kementerian Sosial dalam menjalankan program kerjasama
tersebut. Ia berharap, bantuan non tunai tersebut dapat meningkatkan kemampuan
masyarakat untuk menentukan sendiri apa yang mereka butuhkan di luar kebutuhan
beras.
“Tahun
depan beras dan telur. Dengan Mitra BUMDes harapannya daerah dimana ada padi
kemungkinan bisa kita langsung adakan penggilingan di sana sekaligus
pengemasan. Sehingga perputaran uang ada di sana. Mitra BUMDes nanti juga nanti
akan dipikirkan untuk beternak telur, sehingga masyarakat bisa dapatkan telur
di sana, tidak dari pusat. Sehingga perputaran uang terjadi di daerah, tidak di
pusat,” ujarnya.
Menteri
Sosial Khofifah Indar Parawansa menjelaskan, program Bantuan Raskin
(Beras Untuk Keluarga Miskin) yang telah diganti menjadi Bantuan Sosial Rastra
(Bansos Rastra) sudah menyasar sebanyak 15,6 juta Keluarga Penerima
Manfaat (KPM). Dari jumlah tersebut terkonversi 1,28 juta menjadi bantuan
pangan. Selanjutnya dari 1,28 juta penerima bantuan pangan tersebut pada bulan
Januari mendatang akan bertahap menjadi 10 juta penerima bantuan pangan.
Sehingga masih tersisa sebanyak 5,6 juta penerima Bansos Rastra.
“Jadi
kalau dulu subsidi, sekarang sudah jadi Bantuan Sosial (Bansos). Kalau subsidi
penerima bantuan pangan harus membayar Rp1.600 per kilogram. Untuk 15 kilogram
harus membayar Rp24 ribu. Tapi tahun depan mereka tidak lagi berkewajiban
membayar karena telah menjadi Bansos. Itu yang 5,6 juta. Yang 10 juta
terkonversi tahun depan berupa pangan menjadi beras dan telur,” terangnya.
Ia
berharap, BUMDes dan Mitra BUMDes yang telah diinisiasi oleh Kemendes PDTT
bersama Kementerian BUMN dapat menjadi penyalur dan memaksimalkan program
tersebut. Di sisi lain, ia juga berharap Kementerian Pertanian dapat membantu
memberikan data-data terkait pusat produksi dan penggilingan beras untuk
disalurkan sebagai bantuan pangan non tunai.
Sumber : http://www.kemendesa.go.id/
0 comments :
Post a Comment