TANJUNG REDEB, PORTALBERAU- Banyaknya kasus pembunuhan
bahkan bunuh diri lantaran alasan asmara atau orang ketiga yang viral beberapa
waktu ini seperti yang terjadi di Jombang pada Januari 2018 lalu dan yang
terbaru di Bali kemarin, ternyata bisa diklasifikasikan sebagai gangguan
psikis.
Bagaimana tidak? Jika dipikir secara logika, pastinya sangat tidak
mungkin jika seorang ibu tega meracuni anak-anaknya, hanya karena kesalahan
yang diperbuat oleh suami, yang memutuskan untuk memasukkan orang ketiga dalam
rumah tangga mereka.
Hal ini dijelaskan oleh psikolog yang bertugas di P2TP2A
Berau, Etna Anjani Trunoyudho, M.Psi, ketika ditemui Portal Berau.com, Senin
(26/02/2018). Dikatakannya, untuk kasus pembunuhan anak oleh ibunya, lantaran
terkait masalah asmara, bisa terjadi karena beberapa alasan.
"Pertama dilihat dari kepribadian si ibu, bagaimana
problem solvingnya (kemampuan menalar masalah), apakah dia bisa mengambil
keputusan jalan keluar terbaik. Kedua, sumber pendukung atau support. Jika
kepribadiannya tidak kuat, tidak ada dukungan untuk membantu mengatasi masalah
yang dihadapinya bisa jadi keputusan untuk bunuh diri pun diambil,"
terangnya.
Lebih lanjut dikatakannya, misal untuk kasus nikah siri,
Mungkin ada ketidaknyamanan dari si ibu. Pemikiran keabsahan pernikahan serta
data kelahiran si anak, problem rumah tangga juga bisa jadi pemicu goncangnya
kepribadian si ibu.
"Dan jika konflik itu tidak dapat diselesaikan,
berkepanjangan, maka akan jadi masalah yang biasanya disimpan sendiri. Dengan
begitu si ibu ini akan terus memikirkan masalah yang ada, tanpa tahu apa yang
harus dilakukan atau jalan keluarnya," tambahnya.
Seharusnya, faktor dukungan khususnya dari keluarga dan
masyarakat sekitar bisa mencegah kejadian yang tidak diinginkan. sebagai masyarakat
perlu peduli. Lihat apakah disekitar lingkungan ada yang mengalami, jika mampu
dengarkan dan berikan bantuan semampunya. Apabila tidak mampu membantu carilah
jejaring misal ke pak RT,puskesmas atau lembaga yang menangani kasus perempuan
seperti P2TP2A yang menyediakan konselor dan psikolog yang bisa membantu.
"Memang tidak semua mau menceritakan kepada orang lain
terkait permasalahan rumah tangganya. Alasannya pun simpel, takut tersebar atau
dibilang membongkar aib keluarganya sendiri. Tetapi, untuk pelayanan di P2TP2A
, kerahasiaan pasien akan dijaga. Selain berkurangnya beban masalah, juga akan
ditemukan solusi terbaik bagi kedua belah pihak yakni antara istri dan
suami," jelasnya. (Tim)
0 comments :
Post a Comment