JAKARTA,
PORTALBERAU-
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) melaporkan realisasi pendapatan negara dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018 mencapai Rp 101,4 triliun
hingga 31 Januari.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyatakan, angka ini mencapai 5,3 persen dari asumsi APBN 2018 yang sebesar Rp 1.894,7 triliun atau tumbuh 14,7 persen dibandingkan realisasi pada periode yang sama tahun lalu.
"Pada 31
Januari, realisasi pendapatan negara mencapai Rp 101,4 triliun atau 5,3 peren
dari total pendapatan negara yang ditargetkan sebesar Rp 1.894,7 triliun,"
ujar dia di Kantor Kemenkeu, Jakarta, Selasa (20/2/2018).
Sementara dari
sisi belanja, hingga 31 Januari 2018 mencapai Rp 138,4 triliun. Angka ini
sebesar 6,2 persen dari asumsi belanja dalam APBN 2018 yang sebesar Rp 2.220,7
triliun atau tumbuh 3,9 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Sri Mulyani
menjelaskan, dari data tersebut, hingga 31 Januari 2018 defisit anggaran
mencapai Rp 37,4 triliun atau 11,4 persen dari asumsi APBN 2018 yang sebesar Rp
325,9 triliun.
Namun
demikian, defisit ini lebih kecil dibandingkan defisit pada periode yang sama
di 2017 yang sebesar Rp 44,9 triliun.
"Kalau
dibandingkan tahun lalu, itu lebih baik. Untuk pendapatan negara growth itu melompat lebih
dari dua kali lipat. Belanja negara memang lebih rendah dibandingkan tahun
lalu, 6,2 persen," kata dia.
Untuk
pembiayaan anggaran, hingga 31 Januari 2018 telah terealisasi Rp 21,8 triliun,
atau 6,7 persen dibandingkan asumsi di APBN 2018 yang sebesar Rp 325,9 triliun.
"Realisasi
APBN sampai dengan Januari 2018 menunjukkan peningkatan dan memberi optimisme
untuk pencapaian kinerja yang lebih baik," tandas dia.
Utang Luar Negeri RI Akhir 2017 Capai US$ 352
Miliar
Perkembangan Utang
Luar Negeri (ULN) Indonesia pada triwulan IV 2017 relatif terkendali. Utang
luar negeri Indonesia pada akhir triwulan IV 2017 tercatat US$ 352,2 miliar
atau tumbuh 10,1 persen jika dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
"Perkembangan
utang luar negeri ini terjadi baik di sektor publik maupun swasta, sejalan
dengan kebutuhan pembiayaan untuk pembangunan infrastruktur dan kegiatan
produktif lainnya," tulis laporan Bank Indonesia, Senin (19/2/2018).
Berdasarkan
jangka waktu, struktur utang luar negeri Indonesia pada akhir triwulan IV 2017
terbilang aman. Utang luar negeri tetap didominasi berjangka panjang yang
memiliki pangsa 86,1 persen dari total utang luar negeri dan pada akhir
triwulan IV 2017 tumbuh 8,5 persen (yoy).
Sementara itu,
utang luar negeri berjangka pendek tumbuh 20,7 persen (yoy).
Menurut sektor
ekonomi, posisi utang luar negeri swasta pada akhir triwulan IV 2017 terutama
dimiliki oleh sektor keuangan, industri pengolahan, listrik, gas, dan air
bersih (LGA), serta pertambangan.
Pangsa ULN
keempat sektor tersebut terhadap total utang luar negeri swasta mencapai 76,9
persen, sedikit lebih rendah dibandingkan dengan pangsa pada triwulan
sebelumnya sebesar 77 persen.
Pertumbuhan utang
luar negeri pada sektor keuangan, sektor industri pengolahan, dan sektor LGA
meningkat dibandingkan dengan triwulan III 2017. Di sisi lain, ULN sektor
pertambangan mengalami kontraksi pertumbuhan. (Liputan6.com)
0 comments :
Post a Comment