TELUK BAYUR, PORTALBERAU- Meski
sudah memasuki hari ketiga, semangat masih tampak nyata diwajah para peserta
pelatihan jurnalistik warga Kampung Labanan Makmur. Berbeda dari hari biasanya,
peserta berkumpul di Balai Kantor Kampung Labanan Makmur, lebih pagi. Sekitar pukul
08.00 Wita. Sebab hari Jumat, dirasa begitu cepat berlalu dari hari-hari
biasanya, sehingga panitia memutuskan untuk memulai acara lebih pagi.
Hari ini, Jumat (19/10/2018), adalah
hari terakhir pelatihan jurnalistik warga. Setelah rangkaian kegiatan satu per
satu dilakukan, segenap panitia dan pemateri pun undur diri.
Namun, sebelum kegiatan
ditutup, Ketua Persatuan Wartawan Indonesia Cabang Berau (PWI Berau), Abdul
Azis Sakti, hadir memberi motivasi untuk peserta.
Azis yang juga merupakan salah
satu wartawan senior di Berau, tidak lupa membagikan kisah dan pengalamannya
selama terjun ke dunia jurnalistik. Ada beberapa peserta yang penasaran dengan
cara kerja wartawan, ada juga yang bertanya tentang suka dan duka yang pernah
dirasakan selama menjadi penulis berita, bahkan salah satu peserta memberanikan
diri bertanya perihal pidana jika wartawan melanggar kode etik jurnalistik. Suasana
pagi itu mencair dengan segala pertanyaan dan jawaban dari Ketua PWI Berau.
“Apa sih yang melatarbelakangi
bapak jadi wartawan sampai sekarang. Lalu bagaimana kalau wartawan sendiri yang
melanggar aturan? Bisakah wartawan dipidana?,” tanya Callara, salah satu
peserta yang cukup cakap dalam berbicara.
Sekitar 1 jam 30 menit, Azis
menemani peserta dalam pemaparannya seputar organisasi kewartawanan serta dunia
kerja wartawan. Ia pun pamit. Peserta dipersilahkan untuk menyantap beberapa
jenis kue tradisional seperti kue lapis, onde-onde, dan putu ayu yang sedari
tadi menunggu.
Usai mengisi tenaga, peserta kembali
ke tempat duduk masing-masing. Pemateri yang menemani mereka sejak hari
pertama, Endro S Effendi, tak lama muncul dengan pengeras suaranya. Pandangan mereka
tertuju pada Endro kali ini.
Panitia kemudian bergegas
membagikan lembaran-lembaran kuisioner yang harus diisi setiap peserta. Tujuannya
agar kegiatan yang selama tiga hari itu, dapat dengan mudah dievaluasi. Usai 5
menit, lembaran kuisioner terkumpul kembali. Endro melanjutkan pembicaraan.
Ada tugas akhir menarik yang
diberikan Endro. Seluruh peserta yang kini tak lagi tergabung dalam
masing-masing kelompoknya, diminta untuk menentukan siapa yang pantas menjadi
pemimpin (leader) mereka. Dengan cara voting, terpilih Enna Soekmaning Wiyono,
yang dipercaya teman-temannya memimpin kelompok besar mereka.
Enna juga diminta untuk
menentukan tim-tim lain, seperti pemimpin redaksi, manager vlog hingga manager
media sosial kelompok mereka. Sebab diakhir pelatihan ini, para peserta
ditargetkan untuk membentuk sebuah tim redaksi yang solid. Mereka akan
mengelola media jurnalis warga Kampung Labanan Makmur. Itulah salah satu yang
menjadi target dalam pelaksanaan pelatihan
jurnalis warga.
“Kalian yang akan mengelola
sendiri media kalian. Kalian yang akan menulis, kalian juga yang
mempublikasikan. Jadi, kalian saat ini sudah menjadi jurnalis warga di kampung
halaman sendiri. Kampung kalian akan eksis, karena bukan hanya narsis, tapi
kalian juga punya sisi kritis, terutama untuk pembangunan dan kemajuan kampung
kalian,” puji Endro memberikan semangat pada seluruh peserta.
Di detik-detik akhir
pelatihan, Husni, salah seorang guru SMAN 6 Labanan, yang menjadi pendamping
peserta, juga menyampaikan kesan dan pesannya selama mendampingi
siswa-siswinya.
“Kami banyak sekali dapat ilmu
baru dalam tiga hari ini. Benar kata pak Endro, banyak orang yang masih
terjebak dengan kalimat-kalimat umum saat memulai untuk menulis. Tapi sejak
hari pertama pelatihan ini, kami semua, bahkan saya seorang guru Bahasa
Indonesia, akhirnya tahu dimana letak kesalahan dan kekeliruan kami. Mulai dari
saat itu, menulis sesuatu, sudah banyak kalimat antimainstream yang bisa kami
gunakan,” kata perempuan yang mengenakan hijab itu.
Tak hanya peserta yang mengaku
merasa sedih saat pelatihan harus diakhiri. Husni pun merasakan hal yang sama. Lewat
tutur katanya yang santun, guru yang banyak dicintai siswa-siswinya ini,
mengutarakan harapannya agar suatu hari nanti pelatihan serupa bisa kembali
dilakukan untuk mereka.
“Semoga ini bukan yang pertama
dan terakhir kalinya. Kami sangat haus akan ilmu seperti ini, ilmu yang tidak
kami dapatkan di lingkungan sekolah. Semoga teman-teman yang melaksanakan
pelatihan ini berkenan suatu hari kembali lagi, dengan materi yang lebih dalam
lagi,” harapnya sambil mengucapkan salam perpisahan. (Tim)
0 comments :
Post a Comment