TANJUNG REDEB, PORTALBERAU- Setelah berjalan sejak tahun 2008 silam, saat ini Program Karbon Hutan Berau (PKBH) sudah diimplementasikan secara penuh. Recana implementasi penuh ini bakal diaplikasikan hingga tahun 2021 mendatang.
Penguatan pun terus dilakukan agar implemetasi ini tetap berjalan sesuai dengan perencanan yang telah disusun. Beberapa waktu lalu, Pemkab Berau bersama sejumlah Non Goverment Organization (NGO) serta Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) mengelar pertemuan dewan pengarah PKHB.
Rapat yang dibuka oleh Bupati Berau, Muharram dengan didampinggi oleh Wakil Bupati Berau, Agus Tantomo yang juga menjabat sebagai Ketua Dewan Pengarah PKHB ini. Ia mengatakan bahwa pertemuan ini bertujuan untuk mengevaluasi sekaligus menerima masukan dari berbagai pihak terkait implementasi penuh yang telah dijalankan dalam PKHB.
“Intinya bagaimana kita maksimalkan peran hutan dalam peningkatan taraf hidup masyarakat dengan memperihatikan dampak lingkungan yang ada,” ujarnya.
PKHB merupakan program pelestarian lingkungan dengan cara mengurangi emisi dan mereduksi degradasi hutan, konservasi dan rehabilitasi untuk meningkatkan karbon. Melalui pertemuan ini diharapkan semakin memantapkan program yang ada.
“Harapan kita bersama melalui PKHB ini hutan dapat terjaga dan terjadi keseimbangan lingkungan,” jelas Muharram.
Sementara Agus Tantomo mengatakan, ada beberapa fase atau tahapan yang dilewati dalam pelaksanaan PKHB ini. Kali ini memasuki fase implementasi secara menyeluruh. Agar kawasan hutan di Kabupaten Berau tetap terjaga.
“Fase yang telah dilewati sejauh ini dinilai telah sukses dikerjakan, hal ini terlihat dari banyak faktor seperti ada beberapa perusahaan pemegang ijin HPH yang telah mendapat FSC. Dan sekarang untuk diimplementasi penuh sampai tahun 2021,” ungkapnya.
PKHB merupakan program yang pembiayaannya bergantung pada donasi dari berbagai negara. Pasalnya, Pulau Kalimantan yang menjadi paru-paru dunia, harus tetap terjaga kawasan hutannya. Keterlibatan masyarakat di perkampungan memiliki peran yang signifikan, guna mengawasi dan menghindari pembalakan liar yang mengakibatkan degradasi hutan.
“Melibatkan masyarakat dalam menjaga hutan ini telah dilakukan, seperti tracking mangrove di Tanjung Batu yang melibatkan masyarakat untuk mengelolannya. Tentu dengan upaya-upaya seperti ini bakal mempertahankan hutan tetap terjaga. Masyarakat mendapatkan nilai ekonomisnya dan hutan tetap lestari,” pungkasnya. (hms5)
0 comments :
Post a Comment