JAKARTA,
PORTALBERAU- Salah satu
faktor penting dari keberhasilan pemasaran produk melalui marketplace adalah
tampilan dan kemasan. Kemasan yang menarik dengan kualitas memenuhi standar,
selain berfungsi mewadahi atau membungkus produk, dapat juga sebagai sarana
promosi serta informasi dari produk tersebut sekaligus meningkatkan citra, daya
jual dan daya saing.
“Untuk itu, pada
tahun 2018, pengembangan
IKM akan difokuskan pada pembinaan dan peningkatan kualitas kemasan,”
kata Dirjen Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kementerian Perindustrian Gati
Wibawaningsih di Jakarta, Sabtu (10/2/2018).
Melalui program workshop e-Smart IKM tahun ini, Kemenperin
akan membantu pengembangan kemasan bagi peserta pelatihan
tersebut. “Dalam program ini, anggota e-Smart IKM akan diberikan bantuan desain
kemasan oleh Klinik Desain Kemasan dan Merek Ditjen IKM agar standar kualitas desain kemasannya
meningkat,” tutur Gati.
Program ini
merupakan salah satu bentuk pembinaan Ditjen IKM ke peserta workshop e-Smart
untuk meningkatkan daya saing produknya agar semakin laku di marketplace.Pada tahun 2017, sebanyak 1730 IKM telah
mengikuti workshop e-Smart IKM. Tahun 2018 ditargetkan akan mencapai 4000 IKM
dan tahun 2019 bertambah menjadi 5000 IKM.
Tak hanya itu, pengembangan sarana
infrastruktur digital e-Smart IKM ini diharapkan dapat menjadi “Virtual Sentra
IKM” yang akan meningkatkan daya saing produk serta mempermudah akses pasar
dalam negeri maupun global.
“Dalam pengembangan kemasan produk, Kemenperin telah memfasilitasi
pembangunan 24 Rumah Kemasan yang tersebar di 22 provinsi di
bawah pengelolaan pemerintah daerah,” ugkapnya. Rumah
Kemasan tersebut menjadi pusat informasi dan pelayanan kemasan bagi
IKM dalam negeri.
Gati
menambahkan, pihaknya juga telah memberikan dukungan bagi pelaku industri
khususnya IKM untuk memperbaiki kualitas kemasan produknya dengan membentuk
Klinik Desain Kemasan dan Merek sejak tahun 2003, yang memfasilitasi pengusaha
IKM dalam meningkatkan mutu kemasan produknya.
“Sampai
tahun 2017 telah diberikan fasilitas dalam bentuk 7.217 desain kemasan, 7.636
desain merek dan bantuan kemasan cetak kepada 371
IKM,” sebutnya.
Klinik Desain
Kemasan dan Merek dapat melayani bimbingan dan konsultasi pengembangan
desain kemasan dan merek di daerah, serta bantuan cetak kemasan serta bantuan
desain kemasan dan merek untuk IKM yang datang langsung.
“Klinik tersebut juga
ikut berpartisipasi pada kegiatan bimbingan dan pendampingan teknis desain
merek dan kemasan yang diselenggarakan oleh daerah,” jelas Gati.
Di samping
itu, Kemenperin akan menggandeng Kementerian Informasi dan Informatika untuk
merancang penggunaan kode QR (Quick Response) dalam proses pembayaran di IKM.
“Penyusunan rencana itu akan dikerjakan mulai awal tahun ini. Jadi, produk IKM
nantinya diharapkan ada barcode-nya,"
kata Gati.
Keuntungan
sistem penomoran atau pengkodean tersebut akan memudahkan produsen dan penjual
untuk melakukan pengontrolan stok, tanggal produksi dan kadaluarsa, atau
informasi lainnya. Bahkan, dengan barcode,
dapat pula memudahkan produk IKM bisa dijual ke pasar ritel.
“Selain itu,
dengan logo e-Smart IKM, juga menunjukkan bahwa produk tersebut buatan IKM,”
imbuhnya. Gati pun menjamin kualitas dari produk-produk e-Smart IKM yang sudah
dijual di perdagangan daring.
“Melalui
promosi di marketplace, memudahkan
kami memantau IKM yang kurang disambut konsumen. Ketika itu terjadi, kami akan
menganalisis faktor-faktor penyebab suatu produk tersebut kurang diminati,
kemudian membantu mencarikan solusinya,” papar Gati. (kemenperin.go.id)
0 comments :
Post a Comment