![]() |
Ilustrasi : Internet |
SAMARINDA, PORTALBERAU- Kepala Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Kaltim Dra Hj Dayang Budiati meminta para orangtua siswa
untuk tidak memaksakan anak-anak mereka harus masuk sekolah favorit.
Orangtua seharusnya memberikan kebebasan kepada anaknya untuk memilih
di mana saja sekolah yang diinginkannya agar tidak mengganggu minat dan
bakat anak.
"Sekarang sudah prores pendaftaran
penerimaan peserta didik baru ( PPDB) tahun ajaran 2018/2019. Kita
harapkan seluruh orangtua siswa tidak memaksakan anaknya masuk sekolah
favorit. Di Kaltim semua sekolah sama. Tidak ada beda kualitas sekolah
favorit dengan sekolah biasa, karena kegiatan belajar mengajar sama-sama
mengacu kurikulum yang berlaku," kata Dayang Budiati, Senin (2/7/2018).
Untuk PPDB tahun ini, lanjut Dayang
Budiati sudah sesuai dengan peraturan Kementerian Pendidikan dan sudah
diimplementasikan ke seluruh daerah termasuk mengedarkannya ke
sekolah-sekolah sesuai dengan petunjuk teknis PPDB dengan sistem zonasi.
Tujuannya untuk menjamin pemerataan akses layanan pendidikan bagi
siswa, mendekatkan lingkungan sekolah dengan lingkungan keluarga,
menghilangkan eksklusivitas dan diskriminasi sekolah.
"Menurut Dayang Budiati keinginan
memasukkan anaknya pada sekolah favorit sangat wajar, karena setiap
orangtua tentu ingin memberikan yang terbaik bagi putra-putri mereka.
Namun, keterbatasan kuota daya tampung sekolah, juga menjadi alasan agar
tidak memaksakan anak masuk sekolah favorit.
Selain itu kata Dayang, minat dan bakat
merupakan hal penting diperhatikan untuk memilih sekolah. Peminatan
siswa diperlukan untuk memilih jurusan yang diinginkan. Bahkan jika
perlu dimulai sejak jenjang SD dan SMP, sehingga ketika jenjang SMA dan
SMK, siswa tinggal memilih masuk jurusan yang diinginkan.
Tidak hanya itu, lanjut Dayang Budiati
ke depan secara bertahap paradigma jurusan favorit dan tidak favorit
juga harus ditinggalkan. Sebab, kecenderungan sebagian orang tua ingin
anaknya masuk jurusan IPA, bukan pada jurusan bahasa dan seni yang
dianggap kurang bermanfaat dan tidak punya masa depan.
"Pemikiran-pemikiran sempit seperti ini
harus dipangkas. Sebab, banyak juga anak-anak yang sukses, tanpa harus
masuk sekolah favorit maupun jurusan favorit. Jadi paradigma tersebut
yang harus kita ubah, sehingga tidak ada lagi paksaan bagi anak-anak
untuk menentukan masa depan mereka," papar Dayang Budiati. (humaspemprovkaltim)
0 comments :
Post a Comment