SAMARINDA,
PORTALBERAU- Sesuai penelitian tim peneliti Maria Voigt dari
Institut Antropologi Evolusioner Max Planck di Jerman, mengungkapkan sejak 1999
hingga sekarang, lebih dari 100 ribu orangutan terancam punah dan
terbunuh di pulau Kalimantan, termasuk di Kaltim.
Menyikapi hal ini, Kepala Dinas
Lingkungan Hidup (DLH) Riza Indra Riadi menegaskan jika itu benar terjadi,
berarti pakan untuk orangutan yang tersedia di hutan-hutan sudah sangat kurang
dan mereka mulai turun ke kebun-kebun dan pemukiman masyarakat untuk mencari
makan.
"Karena itu, terjadilah konflik dengan manusia. Berkurangnya pakan
satwa ini akibat berkurangnya luasan lahan yang menyediakan pakan orangutan.
Akibat penggunaan lahan untuk perkebunan, HTI yang semakin lama semakin luas.
Diharapkan ke depan penghentian izin baru bagi lahan perkebunan, tambang batu
bara maupun kehutanan atau kegiatan yang berbasis lahan dihentikan sangat
diperlukan," kata Riza Indra Riadi di Samarinda, Minggu (25/2/2018).
Karena, apabila hal ini berlangsung
terus menerus maka keseimbangan alam antara musuh alami hama tumbuhan
monokultur akan berkurang, sehingga satu saat akan terjadi ledakan hama yang
menghancurkan tanaman budi daya yang pada gilirannya akan merugikan perusahaan.
Disamping itu, orangutan sebagai media untuk menyebarkan biji-bijian tanaman
buah akan berkurang dan lama kelamaan makin banyak terjadi kepunahan
jenis-jenis buah asli Kalimantan. "Artinya, penghentian izin baru untuk
kegiatan yang berbasis lahan memang sangat penting," tegasnya.
Selain itu, pemburuan liar orangutan
harus terus diawasi dan diberikan sanksi yang keras kepada pelaku-pelaku
pemburuan liar tersebut. Pemprov Kaltim tidak ingin satwa yang dilindungi ini
punah. Karena satwa tersebut merupakan bagian dari ikon Kalimantan, juga
Kaltim. (humas pemprov kaltim)
0 comments :
Post a Comment