sumber : facebook |
Meski beberapa keluarga
dan pasien tidak mempersoalkan, namun
ada juga keluarga pasien lain yang merasa tidak nyaman dengan menempatkan
pasien di lorong.
Ketidaknyamanan itu
diungkapkan salah seorang netizen dengan akun facebook ‘Merlin Lin’ di grup Buka
Lapak Berau (khusus Berau), pada Jumat
(3/11/2017).
Dalam postingannya,
netizen tersebut menyebut sang suami mengalami sakit ‘bronchus pneumonia’ yng
harus dirawat dengan menggunakan oksigen. Namun, keterbatasan ruang rawat inap
membuat suaminya terpaksa dirawat di lorong. Ia juga mempertanyakan
mengapa ruang kelas 1 dan kelas 2 hanya diisi dengan 1 hingga 2 pasien.
“Tapi mungkin RSU punya
pertimbangan tersendiri untuk tidak mengisi ruang rawat inap tadi dengan ‘pasien
lorong’,” tulisnya.
Terkait hal itu, Direktur
RSUD Abdul Rivai, dr Nurmin Baso, melalui Humas RSUD Abdul Rivai, dr Erva
Anggriana, menyebutkan kunjungan Instalasi Gawat Darurat (IGD) saat ini
meningkat drastis, yakni antara 50 hingga 70 orang per hari atau rata-rata
1.100 orang per bulan yang jika dipressentasikan sekitar 96 persen.
Sementara tingkat hunian
rumah sakit (Bed Occupancy Rate), normalnya hanya 70 hingga 80 persen. Adapun ruang
kelas 1 dan kelas dua saat ini sudah terisi 2 tempat tidur.
“Kondisi saat ini memang
pasien meningkat tajam dibanding tahun sebelumnya. Jadi setiap hari rata-rata
terpakai 96 persen tempat tidur dari total 200 tempat tidur,” jelasnya kepada
portalberau.com, Jumat (3/11/2017).
Saat ini, lanjut Erva,
pihaknya hanya bisa menurunkan ruang kelas anak, sebab kelas anak terisi tempat
tidur yang cukup kecil.
“Kalau ruang rawat dewasa
kita tidak bisa masukkan tempat tidur lagi, karena ruangannya kecil dan hanya
muat untuk 2 tempat tidur saja. Mau tidak mau pasien harus di lorong,” ujarnya.
Diakui Erva, hingga saat
ini pihaknya memang sangat ingin untuk menambah ruangan , namun lahan yang ada
sangat terbatas, sehingga solusi satu-satunya ialah memaksimalkan ruangan yang
ada.
Dengan fenomena
membludaknya pasien tersebut, pihaknya hanya bisa mengimbau kepada seluruh
lapisan masyarakat agar lebih menjaga kesehatan.
“Akan lebih bijak kalau
semua masyarakat menjaga kesehatan. Preventif lebih baik daripada kuratif. Healty
life style harus ditingkatkan. Agar angka kesakitan dan kematian dapat ditekan,”
tandasnya. (Tim)
0 comments :
Post a Comment