GUNUNG
TABUR, PORTALBERAU- Setelah vakum 2 tahun, Internal Fire and Rescue
Challenge (IFRC) kembali digelar pada peringatan Hari Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Nasional (HK3N) 2018. Dengan tambahan 1 kategori
perlombaan, perlombaan yang digelar di fire ground site Samburakat,
diikuti oleh 16 tim yang terdiri dari 8 orang dalam satu timnya.
Perlombaan
yang berlangsung selama 3 hari yakni sejak Kamis (22/02/2018) hingga
Sabtu (24/02/2018), diikuti tim dari Berau Coal dan para sub kontraktor
diantaranya PAMA, BUMA, Ricobana dan Marine. Pelaksanaan IFRC sendiri
bertujuan selain meningkatkan kesigapan para petugas rescue, juga untuk
mengedukasi para volunteer atau sukarelawan yang nantinya akan lebih
sering berada di areal tambang.
Dikatakan
Ketua Panitia Tommy Zepisa MC, kegiatan ini bukan sekadar perlombaan
semata. Justru dengan adanya challenge ini, para pegawai tambang yang
notabene memang sering berada di area yang berisiko bisa terjadi
kecelakaan kerja, bisa sigap, cepat tanggap.
"Kalau
misal ada kecelakaan kerja di area tambang, maka pekerja yang ada yang
pernah mengikuti IFRC ini, akan memiliki bekal rescue atau penyelamatan
korban, sehingga bisa cepat tertangani tanpa harus menunggu dari tim
rescue Berau Coal datang. Korban bisa cepat dievakuasi, dan
meminimalisir adanya korban juga. Dan untuk tahun ini memang sub
kontraktor Berau Coal yang mengikuti IFRC, tujuannya adalah untuk
melihat seberapa sigap mereka bergerak jika terjadi kecelakaan di area
kerja," ungkap pria yang juga menjabat sebagai Assessor PT Berau Coal
ini.
Dibandingkan dengan
IFRC terakhir yang digelar pada 2015 lalu, di 2018 ini sangat terlihat
perbedaannya. Tak hanya dari jumlah peserta yang naik hingga dua kali
lipat, dari kategori perlombaan juga bertambah menjadi 4 kategori dimana
Firefighter Combat Challenge (FCC) adalah kategori baru dalam
perlombaan. Selain FCC, juga ada kategori High Angle Rescue (HAR),
Confined Space Rescue (CSR), dan Firefighter Competency Test (FCT).
Selain
perlombaan, IFRC juga diisi dengan workshop. Pemateri workshop yang
didatangkan dari Rescue Tech Indonesia. Workshop yang diberikan berupa
teknik penyelamatan kecelakaan kendaraan dan teknik penyelamatan korban
kecelakaan kendaraan, yang diberikan oleh Instruktur Bidang Penyelamatan
Kecelakaan Kendaraan, Wiyono Minarno.
Bahkan,
ketika workshop diberikan saat hujan mengguyur fire ground pun tak
menyurutkan semangat para peserta. Dengan semangat mereka mengikuti
setiap tahap proses evakuasi kendaraan dan korban kecelakaan yang
disimulasikan dengan kendaraan operasional tambang yang sudah rusak.
Wiyono
mengungkapkan jika ini merupakan kali ketiga ia diundang oleh Berau
Coal sebagai pengisi workshop. Dikatakannya, kompetisi seperti IFRC ini
sangat bagus karena dapat memacu para tim rescue untuk lebih sigap lagi,
sekaligus memberikan edukasi kepada para pekerja yang nantinya akan
menjadi sukarelawan tim rescue di lapangan.
"Saya
senang sekali bisa mengisi workshop di IFRC lagi. Kompetisi ini sangat
bagus. Ya meskipun memang di dunia rescue tidak bisa dilombakan 100
persen seperti lomba olahraga pada umumnya, tetapi ini bentuk
meningkatkan kemampuan atau skill petugas rescue dan juga menjadi bagian
dari training. Sedangkan untuk materi yang saya berikan adalah
bagaimana cara yang benar menyelamatkan korban dan kendaraan dalam
kecelakaan yang mayoritas problemanya sama yakni posisi korban yang
terjepit, ruang terbatas dan sempit sehingga susah mengeluarkan korban,"
terangnya saat ditemui Portal Berau.com di sela-sela mengisi workshop.
Ditegaskannya
juga, jika di area tambang sendiri untuk kecelakaan kerja itu relatif
sedikit ketimbang di jalan raya seperti jalan tol. Dan kecelakaan bisa
terjadi karena ada pelanggaran peraturan lalu lintas.
IFRC
ditutup pada Sabtu sore dengan pengumuman para pemenang dalan 4
kategori perlombaan. Selain itu juga ada kategori seperti pelaksanaan
IFRC di tahun-tahun sebelumnya, yakni juara umum dan best captain. Untuk
juara umum diraih oleh tim BC BMO 1, dan best captain disabet oleh Ni
Made Yuliani Purwanti dari tim Marine.
Sebagai
peraih best captain, Ni Made mengaku tak menyangka sama sekali. Selain
karena ketua tim lain mayoritas adalah pria yang secara fisik memang
lebih unggul ketimbang dirinya, ia juga tak menargetkan untuk bisa
menyabot juara dalam kategori perlombaan.
Sedangkan
untuk juara umum, tim BC BMO 1 pun tak ada target sama sekali. Hal ini
diungkapkan oleh ketua tim BC BMO 1, Lionie Butarbutar.
"Saya
kaget waktu tim saya didapuk sebagai juara umum IFRC tahun ini. Apalagi
melihat postur tubuh para anggota tim yang sudah pasti kalah jauh dari
tim lain. Tetapi luar biasa semangat tim yang mereka berikan sehingga
sebagai ketua pun saya harus bersikap tegas dan bisa mengambil keputusan
yang menguntungkan tim saya. Mudahan untuk tahun selanjutnya IFRC ini
bisa dilaksanakan lagi dan pesertanya juga berganti. Tak hanya itu,
kategorinya juga ditambah lagi sehingga semakin banyak pengetahuan baru
juga yang kami para peserta dapatkan. #terimakasihberaucoal#majubersamaberaucoal," tuturnya.
Selain
menggondol juara umum, tim BC BMO 1 juga mendapatkan beberapa kategori
juara yakni juara 1 kategori FCT, juara 1 kategori CSR dan juara II
kategori HAR. (Tim/Advertorial)
0 comments :
Post a Comment