TELUK BAYUR, PORTALBERAU- “Silahkan
tugas yang kemarin dikumpul ke meja depan sekarang,” pinta Endro lewat pengeras
suara. Satu per satu beranjak dari tempat duduknya, menyerahkan selembar kertas
penuh tulisan tentang Kampung Labanan Makmur, lalu kembali menduduki kursinya.
Pukul 09.00 Wita, pelatihan
jurnalistik warga Kampung Labanan Makmur hari kedua, dimulai. Udara pagi ini
agak sedikit berbeda dari hari kemarin, lebih sejuk, sebab cuaca memang sedikit
mendung.
Setiap peserta sudah duduk
rapi bersama masing-masing kelompoknya. Hari ini, mereka mengenakan baju kaos
yang sehari sebelumnya dibagikan panitia. Ada warna hitam, ada juga yang warna
putih. Di bagian depan tertulis ‘Pelatihan Jurnalistik’, sedang di sisi
belakang tulisannya ‘Kampung Labanan Makmur Menuju Smart Village’. Seperti tema
pelatihan tiga hari ini.
“Kita santai dulu sejenak ya.
Mari kita bermain game,” ajak pria yang sedari kemarin tak kalah semangat
memberi materi pelatihan untuk peserta.
Game pertama yang dimainkan
peserta, membuat suasana riang gembira di awal perjumpaan kali ini. Setiap
kelompok diminta untuk mengingat sebuah kalimat yang telah ditentukan panitia.
Lalu mereka membisikkan kalimat itu ke telinga teman sekelompoknya. Tidak boleh
ada yang salah kata, salah susunan apalagi salah ejaan. Harus tepat, harus
konsentrasi.
“Labanan Makmur lahirkan
pemuda cerdas dan berkarya untuk bangsa,” salah satu kalimat yang dibaca
peserta kelompok 4. Rupanya, masih ada yang tidak konsentrasi dan merasa sulit
untuk mengingat kalimat itu. Alhasil, yang sampai ke telinga peserta paling
terakhir, jauh berbeda.
Keseruan semakin bertambah
tatkala dua kelompok yang gagal menyebutkan kalimat dengan sempurna, diminta
peserta lain untuk bernyanyi sambil berjoget.
Game selanjutnya. Kali ini,
mungkin Endro memberikannya untuk mengasah kreativitas peserta. Selembar kertas
HVS berwarna putih dibagikan kepada masing-masing peserta di setiap kelompok.
Lebih menguras otak dari game sebelumnya, mereka ditugaskan untuk membuat
sebuah lingkaran dari kertas HVS yang mereka pegang. Boleh dengan cara apa
saja, tapi harus tetap mengikuti syarat, yaitu tak boleh terputus dan harus
muat untuk melingkari seluruh badan mereka.
“Sulitnyaaaaa,” ucap salah
satu peserta, terdengar gemas karena berulang kali mencoba namun tetap tak
bisa.
Peserta lain, ada yang
diam-diam tetap mengerjakan perintah, ada juga yang sambil tertawa namun tampak
kesal karena tak kunjung bisa memecahkan solusinya.
“Sudah bisa?,” tanya Endro
pada peserta yang hampir frustasi, sebab kertas mereka sudah habis robek
sana-sini.
“Ambil lagi kertasnya kalau
sudah robek tapi belum menemukan cara yang tepat, ayo dicoba lagi sampai bisa,”
buru Endro.
“Yeayyy, ini sudah bisa,”
teriak salah satu peserta wanita yang rupanya dari tadi tidak menyerah untuk
mencoba. Peserta lain buru-buru menengok, berharap dapat bocoran bagaimana
temannya ini bisa memecahkan tantangan dari pemateri.
Melihat raut wajah peserta
yang tak kunjung berhasil memecahkan misteri kertas HVS, Endro kemudian meminta
mereka untuk memperhatikan apa yang dilakukan temannya itu hingga berhasil.
“Wahhh, mudah rupanya,” celetuk seorang peserta dari barisan entah kelompok
berapa.
“Sesuatu yang sulit itu akan
sulit kalau kalian sudah programkan itu menjadi sulit di dalam pikiran, tapi
sesulit apapun itu, kalau kalian sudah programkan di dalam pikiran bahwa hal
itu tidak sulit, tentu tidak akan sulit. Terbukti kan?,” kata Endro sambil
membalikkan badan, bergeser sedikit ke arah kanan.
Puas bermain, kini waktunya
peserta masuk ke tugas selanjutnya. Menulis. Ya, lagi dan lagi, karena memang
yang ditargetkan adalah munculnya bibit penulis dari Kampung Labanan Makmur.
Semua peserta kemudian
menuliskan pesan dan pelajaran yang mereka dapat dengan bermain dua game tadi.
Semua berkonsentrasi di depan selembar kertas, menyusun kalimat demi kalimat.
Pelatihan di hari kedua ini,
peserta mencoba mempraktekkan ilmu yang mereka dapat pada pelatihan hari
pertama. Salah satunya wawancara langsung. Siapa target narasumbernya? Kepala
Kampung Labanan Makmur, Mupit Datusahlan.
Setiap kelompok menggali isu
yang berbeda. Ada yang bertanya seputar pemberdayaan ekonomi, pendidikan,
kesehatan hingga pembangunan infrastruktur di Kampung Labanan Makmur, kampung
halaman para peserta. Mupit pun menyambut baik wawancara para calon penulis ini
dengan jawaban-jawaban yang memuaskan.
Tidak butuh waktu lama untuk
wawancara, sebab kepala kampung ada agenda lain di sela-sela waktu menyempatkan
menjawab pertanyaan para jurnalis warga kampungnya ini.
Hasil wawancara bersama kepala
kampung, lagi lagi mereka tuliskan dalam bentuk berita informasi. Mereka
menuliskan apa saja yang disampaikan kepala kampung sesuai dengan pertanyaan
yang disampaikan.
Tugas beres. Peserta kembali
menyetorkan tulisan. “Luar biasa, tulisan mereka sudah jauh berbeda dengan
tulisan saat pelatihan hari pertama, rupanya mereka benar-benar menyimak dan
memahami materi,” puji Agus, salah satu panitia yang juga seorang wartawan.
Memang benar. Kemajuan demi
kemajuan, terlebih untuk peserta pemula, bisa dikatakan cukup memuaskan.
Peserta menulis dengan apik, memahami materi dengan baik.
Setelah melaksanakan ibadah
solat zuhur dan makan siang, Endro kembali memberikan tugas menarik untuk
peserta. Mereka diminta membuat sebuah video berdurasi pendek. Video yang
mereka buat harus memuat tentang apa saja seputar kampung mereka.
Dengan semangat, mereka segera
bergegas. Mencari lokasi yang pas untuk merekam aksi menjadi reporter sehari.
Setelah diedit, video kemudian mereka unggah ke channel youtube maupun media
sosial yang mereka miliki.
Tak terasa, waktu pun
menunjukkan jadwalnya untuk segera mengakhiri pelatihan hari kedua. Panitia
telah menyiapkan empat bungkusan hadiah untuk empat kelompok pelatihan. Sebuah
game kembali dimainkan untuk memperebutkan hadiah utama.
Teriakan gemas, wajah panik,
kekacauan hingga kegirangan bercampur aduk memenuhi balai kampung tatkala game
terakhir dimainkan. Setiap kelompok peserta membuat sebuah susunan panjang dari
benda apa saja yang mereka bawa. Kelompok yang berhasil menciptakan susunan
benda terpanjang dan tak terputus, berhak menerima hadiah utama.
Dan akhirnya, kelompok Lalapo
menjadi juara pada game tersebut. Hadiah yang diserahkan langsung oleh guru
mereka, mengukir senyum di setiap sudut bibir peserta. Ada juga yang tampaknya
penasaran sekali dengan isi bungkusan hadiah itu. “Apa ya isinya,?” tanya
hatinya.
Puas bermain, praktek
wawancara dan menulis, pelatihan hari kedua lalu ditutup dengan foto bersama.
Semua bahagia, semua tertawa. (Tim/bersambung)
0 comments :
Post a Comment