-->

Pelatihan Jurnalistik Warga (2) : Segarkan Pikiran Lewat Game, Tuangkan Wawancara dalam Tulisan

Posted by marta on 19 October 2018


TELUK BAYUR, PORTALBERAU- “Silahkan tugas yang kemarin dikumpul ke meja depan sekarang,” pinta Endro lewat pengeras suara. Satu per satu beranjak dari tempat duduknya, menyerahkan selembar kertas penuh tulisan tentang Kampung Labanan Makmur, lalu kembali menduduki kursinya.

Pukul 09.00 Wita, pelatihan jurnalistik warga Kampung Labanan Makmur hari kedua, dimulai. Udara pagi ini agak sedikit berbeda dari hari kemarin, lebih sejuk, sebab cuaca memang sedikit mendung. 

Setiap peserta sudah duduk rapi bersama masing-masing kelompoknya. Hari ini, mereka mengenakan baju kaos yang sehari sebelumnya dibagikan panitia. Ada warna hitam, ada juga yang warna putih. Di bagian depan tertulis ‘Pelatihan Jurnalistik’, sedang di sisi belakang tulisannya ‘Kampung Labanan Makmur Menuju Smart Village’. Seperti tema pelatihan tiga hari ini.

“Kita santai dulu sejenak ya. Mari kita bermain game,” ajak pria yang sedari kemarin tak kalah semangat memberi materi pelatihan untuk peserta. 

Game pertama yang dimainkan peserta, membuat suasana riang gembira di awal perjumpaan kali ini. Setiap kelompok diminta untuk mengingat sebuah kalimat yang telah ditentukan panitia. Lalu mereka membisikkan kalimat itu ke telinga teman sekelompoknya. Tidak boleh ada yang salah kata, salah susunan apalagi salah ejaan. Harus tepat, harus konsentrasi.


“Labanan Makmur lahirkan pemuda cerdas dan berkarya untuk bangsa,” salah satu kalimat yang dibaca peserta kelompok 4. Rupanya, masih ada yang tidak konsentrasi dan merasa sulit untuk mengingat kalimat itu. Alhasil, yang sampai ke telinga peserta paling terakhir, jauh berbeda.

Keseruan semakin bertambah tatkala dua kelompok yang gagal menyebutkan kalimat dengan sempurna, diminta peserta lain untuk bernyanyi sambil berjoget.

Game selanjutnya. Kali ini, mungkin Endro memberikannya untuk mengasah kreativitas peserta. Selembar kertas HVS berwarna putih dibagikan kepada masing-masing peserta di setiap kelompok. Lebih menguras otak dari game sebelumnya, mereka ditugaskan untuk membuat sebuah lingkaran dari kertas HVS yang mereka pegang. Boleh dengan cara apa saja, tapi harus tetap mengikuti syarat, yaitu tak boleh terputus dan harus muat untuk melingkari seluruh badan mereka.

“Sulitnyaaaaa,” ucap salah satu peserta, terdengar gemas karena berulang kali mencoba namun tetap tak bisa.

Peserta lain, ada yang diam-diam tetap mengerjakan perintah, ada juga yang sambil tertawa namun tampak kesal karena tak kunjung bisa memecahkan solusinya.
“Sudah bisa?,” tanya Endro pada peserta yang hampir frustasi, sebab kertas mereka sudah habis robek sana-sini. 

“Ambil lagi kertasnya kalau sudah robek tapi belum menemukan cara yang tepat, ayo dicoba lagi sampai bisa,” buru Endro.

“Yeayyy, ini sudah bisa,” teriak salah satu peserta wanita yang rupanya dari tadi tidak menyerah untuk mencoba. Peserta lain buru-buru menengok, berharap dapat bocoran bagaimana temannya ini bisa memecahkan tantangan dari pemateri.

Melihat raut wajah peserta yang tak kunjung berhasil memecahkan misteri kertas HVS, Endro kemudian meminta mereka untuk memperhatikan apa yang dilakukan temannya itu hingga berhasil. “Wahhh, mudah rupanya,” celetuk seorang peserta dari barisan entah kelompok berapa.

“Sesuatu yang sulit itu akan sulit kalau kalian sudah programkan itu menjadi sulit di dalam pikiran, tapi sesulit apapun itu, kalau kalian sudah programkan di dalam pikiran bahwa hal itu tidak sulit, tentu tidak akan sulit. Terbukti kan?,” kata Endro sambil membalikkan badan, bergeser sedikit ke arah kanan.

Puas bermain, kini waktunya peserta masuk ke tugas selanjutnya. Menulis. Ya, lagi dan lagi, karena memang yang ditargetkan adalah munculnya bibit penulis dari Kampung Labanan Makmur.

Semua peserta kemudian menuliskan pesan dan pelajaran yang mereka dapat dengan bermain dua game tadi. Semua berkonsentrasi di depan selembar kertas, menyusun kalimat demi kalimat.

Pelatihan di hari kedua ini, peserta mencoba mempraktekkan ilmu yang mereka dapat pada pelatihan hari pertama. Salah satunya wawancara langsung. Siapa target narasumbernya? Kepala Kampung Labanan Makmur, Mupit Datusahlan.

Setiap kelompok menggali isu yang berbeda. Ada yang bertanya seputar pemberdayaan ekonomi, pendidikan, kesehatan hingga pembangunan infrastruktur di Kampung Labanan Makmur, kampung halaman para peserta. Mupit pun menyambut baik wawancara para calon penulis ini dengan jawaban-jawaban yang memuaskan. 

Tidak butuh waktu lama untuk wawancara, sebab kepala kampung ada agenda lain di sela-sela waktu menyempatkan menjawab pertanyaan para jurnalis warga kampungnya ini.
Hasil wawancara bersama kepala kampung, lagi lagi mereka tuliskan dalam bentuk berita informasi. Mereka menuliskan apa saja yang disampaikan kepala kampung sesuai dengan pertanyaan yang disampaikan.

Tugas beres. Peserta kembali menyetorkan tulisan. “Luar biasa, tulisan mereka sudah jauh berbeda dengan tulisan saat pelatihan hari pertama, rupanya mereka benar-benar menyimak dan memahami materi,” puji Agus, salah satu panitia yang juga seorang wartawan.

Memang benar. Kemajuan demi kemajuan, terlebih untuk peserta pemula, bisa dikatakan cukup memuaskan. Peserta menulis dengan apik, memahami materi dengan baik. 

Setelah melaksanakan ibadah solat zuhur dan makan siang, Endro kembali memberikan tugas menarik untuk peserta. Mereka diminta membuat sebuah video berdurasi pendek. Video yang mereka buat harus memuat tentang apa saja seputar kampung mereka.

Dengan semangat, mereka segera bergegas. Mencari lokasi yang pas untuk merekam aksi menjadi reporter sehari. Setelah diedit, video kemudian mereka unggah ke channel youtube maupun media sosial yang mereka miliki. 

Tak terasa, waktu pun menunjukkan jadwalnya untuk segera mengakhiri pelatihan hari kedua. Panitia telah menyiapkan empat bungkusan hadiah untuk empat kelompok pelatihan. Sebuah game kembali dimainkan untuk memperebutkan hadiah utama.

Teriakan gemas, wajah panik, kekacauan hingga kegirangan bercampur aduk memenuhi balai kampung tatkala game terakhir dimainkan. Setiap kelompok peserta membuat sebuah susunan panjang dari benda apa saja yang mereka bawa. Kelompok yang berhasil menciptakan susunan benda terpanjang dan tak terputus, berhak menerima hadiah utama.

Dan akhirnya, kelompok Lalapo menjadi juara pada game tersebut. Hadiah yang diserahkan langsung oleh guru mereka, mengukir senyum di setiap sudut bibir peserta. Ada juga yang tampaknya penasaran sekali dengan isi bungkusan hadiah itu. “Apa ya isinya,?” tanya hatinya.

Puas bermain, praktek wawancara dan menulis, pelatihan hari kedua lalu ditutup dengan foto bersama. Semua bahagia, semua tertawa. (Tim/bersambung)

» Terimakasih telah membaca: Pelatihan Jurnalistik Warga (2) : Segarkan Pikiran Lewat Game, Tuangkan Wawancara dalam Tulisan

Related Posts

Portal Berau Updated at: October 19, 2018

0 comments :

Post a Comment